Lencana Facebook

Kamis, 31 Maret 2011

EKSISTENSI PESANTREN DI KALANGAN REMAJA

Pesantren adalah merupakan sebuah asrama dan tempat para santri belajar mengaji, dsb.  Dari lembaga pesantren tersebut banyak melahirkan pahlawan-pahlawan nasional dan sebagainya yang bergelar ulama seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari dll. Mereka menorehkan tinta emas dalam sejarah panjang perjuangan bangsa ini.
            Namun seiring perkembangan zaman Minat kebanyakan para kawula muda-mudi islam untuk menimba ilmu di dalam pesantren semakin berkurang. Dengan berbagai alasan dan Argumen yang dikemukakan. Pesantren tidak majulah, kolot, tidak bisa berkembang, dst. Akan tetapi alasan yang paling mendasar sebetulnya mereka gengsi dan masih belum siap menjalankan Islam secara kaffah. Padahal berbagai penelitian yang berkaitan dengan metode pendidikan berasrama (boarding school) adalah yang terbaik. Dimana guru sebagai pendidik dan para siswa (santri) hidup dalam satu lingkungan yang sama.      
Kawula muda-mudi islam pada zaman sekarang lebih menyukai dan merasa hebat kalau sudah bernampilan modis mengikuti trendy yang tidak sesuai dengan syariatnya sendiri, belajar dari metode yang diadopsi dari orang-orang sekuler atau zionis, merasa malu dan kehilangan harga diri jika bernampilan anggun sesuai syariat, alergi belajar di pesantren, dan bangga kalau bisa menghafal lagu-lagu barat padahal mengaji al-qur’an saja  mereka masih belum bisa apalagi menghafalnya.    
Bahkan lebih ironisnya lagi aktifis pesantren sudah mulai ada yang ter_infeksi firus ganas ini, gaya hidup dan sikap yang tidak sesuai dengan pengertian santri. Dengan dalih zaman yang sudah berubah dan berbeda, padahal pemahaman masyarakat Indonesia  secara umum tidak pernah berubah santri adalah manusia yang bergaya hidup dan bersikap sesuai dengan syariat, mulai dari pakaian, perkataan, keilmuanya dan seterusnya kalau kita melihat latar belakang para santri yang belajar di pesantren Memang beragam, ada yang (sebagian kecil) atas keinginan sendiri, ada yang paksaan luar biasa dari orang tua, ada juga yang hanya ikut-ikutan saja. (norok rammina). Oleh karena itu kita yang masih tersisa semoga mampu tetap mempertahankan nilai-nilai Tarbawi, Ma’hady dan Islami. Secara hakiki dan selamanya bukan hanya bualan saja. Amin…!

BAJANG KESAIT © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute